Melalui pergaulan dengan masyarakat Arab muslim, orang-orang Iran mengganti tulisan Pahlevi dengan tulisan Arab yang kemudian mereka namakan khat Ta’liq. Pada waktu-waktu selanjutnya lahir pula gaya-gaya khat yang lain seperti Nasta’liq dan Syikasteh. Terutama dua tulisan pertama, kerap disebut Farisi saja mengingat asalnya dari Persia. Diantara gaya khat Farisi yang populer dari Iran adalah :
1. Khat Ta’liq atau khat Farisi Ta’liq
Masyarakat
Iran mengolah khat Ta’liq dari khat yang digunakan untuk menyalin
al-Qur’an waktu itu, yang disebut khat Firamuz. Semula cara-cara
menulisnya dicuplik dari kaedah khat Tahrir, khat Riqa’, dan khat
Tsulus. Keindahan khat Farisi Ta’liq adalah pada kelenturan putarannya,
huruf-huruf tegaknya yang agak condong ke kanan, sapuan-sapuan
memanjangnya yang tebal, dan gelombang gerigi yang tebal-tipis secara
variatif.
2. Khat Nasta’liq atau Khat Farisi Nasta’liq
Khat
Nasta’liq adalah hasil kreasi kaligrafer Iran Mir Ali al-Harawi, diolah
dari khat Ta’liq yang dimasuki sedikit unsur Naskhi sehingga menjadi
gabungan Naskhi-Ta’liq atau Nasta’liq. Nasta’liq yang sekarang sering
disebut Farisis sebagaimana Ta’liq, dikembangkan dan dipercantik oleh
masyarakat Iran. Penggunaannya yang luas menjadi alat tulis naskah
harian menempatkannya sama dengan posisi khat Naskhi di wilayah-wilayah
lain. Karena itu, sangat mungkin pula gaya ini merupakan khat Ta’liq
yang difungsikan sebagai tulisan naskah yang meluas setelah dimodifikasi
oleh Mir Ali.
3. Khat Syikasteh
Di
samping khat Ta’liq, orang-orang Iran juga menciptakan kaligrafi gaya
baru yang mereka sebut khat Syikasteh, diambil dari khat TA’liq dan khat
Diwani. Syikasteh artinya berantakan, karena gores-goresan akhir huruf
yang diliarkan sehingga terkesan berantakan atau semrawut. Khat ini
digunakan hanya di wilayah Persia dan tidak menyebar ke segenap pelososk
wilayah Arab Islam sepeti gaya lain. Hal itu disebabkan karena
Syikasteh sulit dibaca.
4. Khat Farisi Mutanazhir
Khat
jenis ini dihubungkan dengan penampilannya yang saling pantul secara
indah dan seimbang. Unsur-unsur saling pantul dalam khat Farisi
Mutanazhir ini terletak pada sapuan-sapuan horizontalnya atau pada
huruf-huruf vertikalnya seperti alif dan lam yang saling bangun secara
harmonis.
5. Khat Farisi Mukhtazal
Gaya
ini lahir sebagai reaksi atas adanya kemiripan bentuk huruf-huruf
Farisi dan kemungkinan satu huruf memiliki lebih dari satu fungsi.
Dengan demikian, satu goresan dapat berfungsi sebagai mukhtazal untuk
meringkas beberapa huruf sehingga memiliki beberapa bacaan. Gaya ini
kerap menyulitkan khattat dan pembaca. Khattat kesulitan karena dalam
beberapa keadaan persilangan khat tidak mudah dibuat. Sedangkan bagi
pembaca kesulitannya adalah karena menderita kesusahan dalam membaca dan
memahami maksudnya, sehingga timbul dugaan bahwa khat semacam ini
merupakan teka-teki. Dari sini sebuah peribahasa mengatakan “Khairul
khat ma quri’a (sebaik-baik khat adalah yang bisa dibaca).
6. Khat Farisi Mir’at
Mir’at
atau cermin yang berfungsi memantulkan gambar nampak dalam gaya
kaligrafi ini saat sisi kanan memantul ke sisi kiri (sama persisi denga
khat Tsulus Mutanazhir), makanya sering juga disebut khat Farisi
Mutanazhir.
0 komentar:
Posting Komentar