Dinamakan
khat Tsuluts karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong
dengan ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Ada pula yang
menamakannya khat Arab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka
ragam kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya setekah khat Kufi.
Untuk menulis dengan khat Tsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat Tsuluts Adi dan Tsuluts Jali. Khta Tsuluts yang banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang. Dalam rentang perjalanannya, khat Tsuluts berkembang menjadi beberapa gaya, antara lain :
Untuk menulis dengan khat Tsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat Tsuluts Adi dan Tsuluts Jali. Khta Tsuluts yang banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang. Dalam rentang perjalanannya, khat Tsuluts berkembang menjadi beberapa gaya, antara lain :
1. Khat Tumar
Khat
yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di
masa Bani Umayyah ini biasa ditulis dalam ukuran besar dengan
aturan-aturannya yang simple. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi
dinding atau media-media berukuran besar. Para khattat Turki
menamakannya Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar atau Tamur jamaknya
Tawamir bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat Tumar artinya
khat yang ditulis di lembaran atau manuskrip.
2. Khat Muhaqqaq
Penciptanya
adalah Ibnu Bawab (w.413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur
setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena
perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat
yang cermat. Pada perkembangannya, khat ini semakin redup dan jarang
sekali digunakan sehingga posisinya digeser oleh khat Tsuluts.
3. Khat Raihani
Pencipta
khat ini adalah Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat dengan Ali ibn
al-Ubaydah al-Rayhan (w. 834 M) sehingga namanya diambil untuk nama khat
ini. Pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan yang berarti
harum semerbak karena keindahan dan popularitasnya.
4. Khat Tawqi’
Tawqi’
artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri
senantiasa menggunakan Tawqi’ untuk menandatangani perbagai naskah
mereka. Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari (w.210/825M). Lalu berkembang
di tangan Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibnu Khazin (w.1124 M)
sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab. Yang membedakan Tsuluts dengan
Tawqi’ adalah ukuran Tawqi’ yang selalu ditulis sangat kecil. Bentuk
yang menyerupai Tawqi’ adalah Tugra’ atau Turrah yang pada awalnya
berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran
bervariasi.
5. Khat Riqa’ atau Ruqa’
Riqa’
jamaknya Ruq’ah artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan untuk
menulis khat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh Al-Ahwal al-Muharrir
yang diolahnya dari Khafif Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan gaya
ini dengan khat Tawqi’, namun yang lebih benar adalah bahwa Riqa’ pun
diolah pula dari Tawqi’. Ukuran Riqa’ lebih kecil dari Tawqi’ dan
digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan penyajian kisah.
6. Khat Tsulusain
Diciptakan
oleh saudara Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari (w.200an H) di
zaman Bani Abbas. Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah
ada semenjak dahulu yaitu khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga
karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong seukuran dua
pertiga lebar goresan kalam, sedikit lebih kecil dari khat Tumar yang
ditulis sangat besar.
7. Khat Musalsal
Diciptakan
oleh Al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman Bani Abbas.
Sebagian huruf-huruf khat ini saling berhubungan, oleh karena itu
beberapa sejarawan modern menamakannya khat Mutarabit yang berarti
saling ikat atau berikatan.
8. Khat Tsuluts ‘Adi
Pencipta
khat ini adalah Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman Bani
Abbas. Dalam beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, “anna al-sulusiyya
min al-khuttut huwa al-galiz al-huruf” (sepertiga dari khat adalah huruf
yang sulit).
9. Khat Tsulus Jali
Jali
artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar
anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan
dengan jarak yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya dalam
Tsulus ‘Adi. Dengan demikian, dalam Tsulus Jali akan tampak dengan jelas
komposisi huruf yang bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat
ini banyak digunakan untuk menulis judul-judul dan media seni yang
permanen.
10. Khat Tsulus Mahbuk
Mahbuk
artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan
pembagian (husn al-tawzi’) dan aturan komposisi (ihkam al-tartib).
Keindahan pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok huruf yang
bertumpuk di satu tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga
mendorong khatta memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan
untuk mensari keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan
memposisikan kata, huruf, dan titik di tempat-tempat yang strategis.
11. Khat Tsulus Muta’assir bil Rasm
Beberapa
khattat atau kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab kepada bentuk
visual yang bisa berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk
menyeimbangkan antara ketaatan terhadap ajaran agama dengan kesenangan
menggambar, karena dalam Islam visualisasi makhluk hidup secara jelas
berlawanan dengan semangat dakwah agama tersebut untuk selalu menjaga
ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. Potensi huruf Arab yang sangat
lentur dan mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan
gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid,
sehingga kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari
visualisasi makhluk hidup secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi
gambar ini akhirnya diterima dan populer di kalangan seniman muslim.
Banyak ragam dan variasi aliran khat ini, yang secara bebas mengambil
pola figural atau simbolik berupa gambar manusia, binatang, tumbuhan dan
benda-benda.
12. Khat Tsulus Handasi
Gaya
ini merupakan Tsulus yang menyusun huruf dan kata secara geometris
(handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar
kekompakan, keserasian, dan penyatuan sebuah karya.
13. Khat Tsulus Mutanazhir
Mutanazhir
artinya saling memantul. Dinamakan pula khat Tsulus Mir’at (cermin),
dimana yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya, sehingga
seolah diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga
dengan gaya Ma’kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi), dan
‘Aynali (saling tatap). Gaya ini tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan
muslim yang saling berbalas kebaikan dalam kehidupan sehari-hari
seperti memberi salam dan menjawabnya.
0 komentar:
Posting Komentar